Header Ads

  • Breaking News

    Soal Tudingan Diam soal Muslim Uighur, Ini Kata NU

    ilustrasi


    WARGA NU MENANGKAN PBB 2024 -- Ketua Harian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Robikin Emhas, angkat bicara soal tudingan media Amerika Serikat, Media Wall Street Journal (WSJ) yang berkaitan dengan masalah muslim minoritas Uighur di Xianjiang. PBNU membantah tudingan media WSJ. (baca)

    Robikin menegaskan, PBNU tidak bisa didikte apalagi dikendalikan siapapun termasuk China dalam persoalan Uighur di Xianjiang. Ia menyangkal soal adanya tudingan aliran uang ke NU.

    "Soal adanya dana yang mengalir ke NU, saya sampaikan bahwa tidak ada dana itu. NU tidak bisa didekte dan dikendalikan siapapun, termasuk China," kata Robikin kepada Okezone, Jumat (13/12/2019).

    Robikin menyayangkan laporan media WSJ yang menyinggung bahwa China mulai menggelontorkan sejumlah bantuan dan donasi terhadap ormas-ormas Islam setelah isu Uighur kembali mencuat ke publik pada 2018.

    Robikin menjelaskan, saat itu isu Uighur mencuat setelah sejumlah organisasi HAM internasional merilis laporan yang menuding China menahan satu juta Uighur di kamp penahanan layaknya kamp konsentrasi di Xinjiang.

    Ketua Harian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Robikin Emhas. (Okezone)

    Dalam laporan WSJ, Beijing disebut membiayai puluhan tokoh seperti petinggi NU, Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), akademisi, dan sejumlah wartawan Indonesia untuk berkunjung ke Xinjiang.

    Hal itu, menurut laporan WSJ, terlihat dari perbedaan pendapat para tokoh senior NU dan Muhammadiyah soal dugaan persekusi Uighur sebelum dan setelah kunjungan ke Xinjiang.

    "Saya juga menandaskan data yang diterima NU, bahwa kamp-kamp di Uighur itu merupakan kamp pelatihan vokasi untuk memberdayakan masyarakat Uighur," ujarnya.

    "Kamp itu justru dibuat untuk menjauhkan mereka (warga Uighur) dari ekstrimisme dan radikalisme yang tercipta di Xinjiang. Tidak ingin warganya terpengaruh paham itu, China pun mengatasinya dengan melatih warga dengan skill di kamp vokasi tersebut," sambung Robikin.

    Diketahui sebelumnya, media Wall Street Journal (WSJ) yang berbasis di New York, Amerika Serikat melaporkan dua organisasi massa (ormas) Islam terbesar di Indonesia dibujuk China agar bungkam terkait masalah Muslim minoritas Uighur di Xinjiang.

    Para pakar dan kelompok hak asasi manusia PBB memperkirakan lebih dari satu juta warga Uighur dan anggota kelompok etnis lainnya telah ditahan di kamp-kamp penahanan di Xinjiang, yang disebut China sebagai kamp pendidikan ulang.

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad